GERBANGDESA.COM SAMPIT – Sebanyak 44 orang Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 10 Kabupaten Kotawaringin Timur mengikuti Lokakarya 4 dalam rangka Penguatan Praktik Coaching.
Lokakarya 4 Program Pendidikan Guru Penggerak itu dipusatkan di Aula Dinas Pendidikan Kotim, Sabtu (24/8/2024).
Kepala Disdik Kotim M Irfansyah yang diwakilkan Kepala Bidang Pembinaan Ketenagaan Edie Sucipto mengatakan, guru penggerak merupakan program pendidikan dari pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru.
Selain itu, lanjut Edie, hadirnya guru penggerak diharapkan mampu menggerakkan komunitas belajar.
“Prinsip program adalah mendorong upaya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah maupun diluar sekolah menggunakan pendekatan andragogi dan blended learning,” ujarnya dihadapan peserta yang hadir.
Dengan menggunakan dua metode pendekatan andragogi dan blended learning, nantinya guru yang terdaftar di dalam program tersebut harus mengikuti proses pembelajaran.
“Model pembelajaran yang tertuang adalah menggunakan metode pelatihan dalam jaringan atau belajar daring, lokakarya, dan pendampingan individu,” jelasnya.
Edie menjelaskan, pendampingan individu bertujuan untuk membantu CGP menerapkan hasil pembelajaran daring sehingga CGP mampu:
a. mengembangkan diri sendiri dan juga guru lain dengan cara melakukan refleksi, berbagi, dan kolaborasi;
b. memiliki kematangan moral, emosional, dan spiritual untuk berperilaku sesuai kode etik; dan
c. merencanakan, menjalankan, merefleksikan, dan mengevaluasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan melibatkan orang tua.
Sedangkan pendampingan melalui lokakarya bertujuan untuk:
a. meningkatkan keterampilan CGP untuk menjalankan perannya;
b. menjejaringkan CGP di tingkat kabupaten/kota;
c. menjadi ruang diskusi dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh CGP; dan
d. meningkatkan keterlibatan pemangku kepentingan di tingkat sekolah dan kabupaten/kota.
Dia menambahkan, tujuan diselenggarakan kegiatan untuk CGP Angkatan 10 ini adalah peserta mampu menunjukkan kemampuan melakukan rangkaian supervisi akademik dengan menggunakan pola pikir coaching.
Kemudian, mengidentifikasi kekuatan, area pengembangan dan menyusun rencana perbaikan dalam proses pembelajaran yang berpihak pada murid.
“Harapannya, peserta mampu menampilkan kemampuan coaching pada rekan sejawatnya menggunakan alur percakapan TIRTA dan mampu menghasilkan rencana pengembangan diri berdasarkan praktik supervisi akademik,” harapnya. (fin/fin)