Jumat, Maret 21, 2025

BMKG Sebut Daerah Rentan Kekeringan Akibat Fenomena El Nino

Date:

Share post:

JAKARTA, gerbangdesa.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan sejumlah kondisi atmosfer yang memengaruhi minimnya curah hujan, khususnya di Pulau Jawa. Menurut data terbaru BMKG, fenomena iklim yang membuat hujan semakin jarang, El Nino, sudah dalam kondisi sedang. Indikator ditunjukkan oleh Southern Oscillation Index (SOI) sebesar -12.1 dan Indeks el NINO 3.4 hingga +1.14.

Badan ini juga memperkirakan beberapa daerah akan mengalami curah hujan bulanan dengan kategori rendah (0 – 100 mm/bulan), terutama pada bulan Agustus – September – Oktober. “Meliputi Sumatera bagian tengah hingga selatan, pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku, dan Papua bagian selatan,” tulis BMKG di laman Anda.

Mengapa daerah-daerah tersebut paling rentan terhadap “terbakar” El Nino?

BACA JUGA:  Ratusan Desa Terancam Kekeringan Ekstrem, BPBD Siap Suplai Air Bersih

Menurut BMKG, dampak El Nino di Indonesia umumnya lebih kuat pada musim kemarau, yakni Juli – Agustus – September – Oktober. “Dampak El Nino tergantung pada (a) intensitas El Nino, (b) durasi El Nino, (c) musim saat ini,” kata BMKG.

Sementara itu, berdasarkan analisis perkembangan musim kemarau Juli 2023 oleh BMKG, 63 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau, termasuk Pulau Jawa. Menurut data prakiraan cuaca sepekan mendatang untuk periode 18-24 Agustus, beberapa fenomena atmosfer telah mempengaruhi penurunan curah hujan. Fenomena ini sepertinya tidak ada atau tidak signifikan di tempat yang rawan kekeringan ini.

Aktivitas gelombang Rossby Khatulistiwa diperkirakan aktif antara lain di sebagian wilayah Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Papua Utara.

“Faktor-faktor ini mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.”

BACA JUGA:  BMKG Sebut Beberapa Wilayah Yang Mengalami Musim Kemarau

Selain itu, terdapat daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang terpantau memanjang dari perairan barat Aceh hingga Selat Malaka, Sumatera bagian utara, dari Bengkulu bagian utara hingga barat Sumatera dan Riau. Ada juga konvergensi di Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Papua, dan Papua Barat.

Tak mau kalah, pertemuan angin (confluence) terlihat di perairan utara Aceh, Laut Cina Selatan, dan Samudera Pasifik sebelah timur Filipina. “Kondisi ini mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi/pertemuan,” kata BMKG.

Dengan faktor tersebut di atas, hujan sedang hingga lebat diperkirakan terjadi di wilayah Papua, Papua Barat, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, Kalimantan Utara, Jambi, Bengkulu dan Kep. Riau, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Aceh.

Sementara Jawa masih kering. (*/ary)

sumber : cnnindonesia.com

Artikel Lainnya

Rawa Sari Usulkan Rehab Rumah Tidak Layak Huni, Pelindo Langsung Survei Lapangan

Rumah ini dinilai tidak layak huni dan sudah waktunya di rehabilitasGerbang Desa - Upaya yang dilakukan Pemerintah Desa...

Dukung Ketahanan Pangan, Pokdatan Kota Besi Hilir Usulkan Pakan, Bibit Ikan dan Keramba Permanen

GERBANGDESA.COM SAMPIT - Guna mendukung ketahanan pangan nasional, Kelompok Budidaya Perikanan (Pokdatan) Kelurahan Kota Besi Hilir, Kecamatan Kota...

Tumbuhkan Bakat Minat Murid Melalui Lomba Karungut

GERBANGDESA.COM, SAMPIT – Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan bakat minat di bidang seni dan budaya terhadap...

Waket Komisi I DPRD Kotim Dorong Desa Jadi Mandiri Secara Ekonomi, Berikut Penjabarannya

GERBANGDESA.COM SAMPIT - Wakil Ketua Komisi I Bidang Pemerintahan DPRD Kotawaringin Timur, Eddy Mashamy mendorong kemajuan perekonomian di...
error: Content is protected !!