JAKARTA, gerbangdesa.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan sejumlah kondisi atmosfer yang memengaruhi minimnya curah hujan, khususnya di Pulau Jawa. Menurut data terbaru BMKG, fenomena iklim yang membuat hujan semakin jarang, El Nino, sudah dalam kondisi sedang. Indikator ditunjukkan oleh Southern Oscillation Index (SOI) sebesar -12.1 dan Indeks el NINO 3.4 hingga +1.14.
Badan ini juga memperkirakan beberapa daerah akan mengalami curah hujan bulanan dengan kategori rendah (0 – 100 mm/bulan), terutama pada bulan Agustus – September – Oktober. “Meliputi Sumatera bagian tengah hingga selatan, pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku, dan Papua bagian selatan,” tulis BMKG di laman Anda.
Mengapa daerah-daerah tersebut paling rentan terhadap “terbakar” El Nino?
Menurut BMKG, dampak El Nino di Indonesia umumnya lebih kuat pada musim kemarau, yakni Juli – Agustus – September – Oktober. “Dampak El Nino tergantung pada (a) intensitas El Nino, (b) durasi El Nino, (c) musim saat ini,” kata BMKG.
Sementara itu, berdasarkan analisis perkembangan musim kemarau Juli 2023 oleh BMKG, 63 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau, termasuk Pulau Jawa. Menurut data prakiraan cuaca sepekan mendatang untuk periode 18-24 Agustus, beberapa fenomena atmosfer telah mempengaruhi penurunan curah hujan. Fenomena ini sepertinya tidak ada atau tidak signifikan di tempat yang rawan kekeringan ini.
Aktivitas gelombang Rossby Khatulistiwa diperkirakan aktif antara lain di sebagian wilayah Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Papua Utara.
“Faktor-faktor ini mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.”
Selain itu, terdapat daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang terpantau memanjang dari perairan barat Aceh hingga Selat Malaka, Sumatera bagian utara, dari Bengkulu bagian utara hingga barat Sumatera dan Riau. Ada juga konvergensi di Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Papua, dan Papua Barat.
Tak mau kalah, pertemuan angin (confluence) terlihat di perairan utara Aceh, Laut Cina Selatan, dan Samudera Pasifik sebelah timur Filipina. “Kondisi ini mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi/pertemuan,” kata BMKG.
Dengan faktor tersebut di atas, hujan sedang hingga lebat diperkirakan terjadi di wilayah Papua, Papua Barat, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, Kalimantan Utara, Jambi, Bengkulu dan Kep. Riau, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Aceh.
Sementara Jawa masih kering. (*/ary)
sumber : cnnindonesia.com