Merokok merupakan kegiatan yang berdampak buruk tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga orang lain atau keluarga yang ada di sekitarnya baik dalam waktu singkat maupun jangka panjang. Perlu diketahui, bahwa di dalam rokok terkandung lebih dari 4.000 jenis bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh.
Selain pengetahuan di atas, daftar ancaman bahaya rokok bertambah. Rokok bahkan bisa menyebabkan kebakaran hutan, hingga gedung Kejaksaan Agung. Kebakaran hebat tersebut diduga mengakibatkan kerugian materiil hingga lebih dari Rp 1 milyar. Beberapa dari ancaman tersebut, pada titik tertentu, melatari kebijakan cukai dan harga rokok. Alhasil, tarif cukai dan harga jual rokok terus meroket menjadi semakin mahal dari tahun ke tahun.
Untuk menyiasati mahalnya harga rokok, sebagian pihak beralih ke tingwe alias linting dhewe. Rokok tingwe memang lebih murah. Wajar, karena tidak melalui proses pengemasan dan distribusi serumit rokok pada umumnya. Selain itu, butuh energi ekstra bagi para konsumennya dengan melinting sendiri sebelum bisa merokok. Karena tingwe sendiri kebanyakan menggunakan tembakau tanpa cukai atau bercukai tapi sekala produksi rumahan, yang menyebabkan harganya jauh lebih murah.
Jika dilihat dari bahayanya, produk tembakau alternatif ini diketahui memiliki kandungan zat kimia berbahaya yang lebih rendah dibanding konvensional. Dengan menghilangkan proses pembakaran, jumlah zat kimia berbahaya yang dihasilkan oleh produk tembakau alternatif menjadi jauh lebih sedikit dibandingkan rokok tembakau biasa.
Tapi tahukah kamu, selain rokok konvensional pada umumnya, rokok tingwe pun tak luput dari ancaman bahaya, khususnya bagi pemula. Ya, ini peringatan bagi Anda yang hendak beralih ke produk tingwe.
Melinting tembakau secara manual bukanlah perkara mudah. Kalau tidak mahir, tembakau yang sudah di tangan bisa berhamburan keluar dari kertas papir. Kegagalan demi kegagalan melinting bisa berdampak pada stabilitas emosi. Saat teman-teman Anda sudah asyik merokok, Anda mungkin masih sibuk mengulang-ulang pola yang sama. Ambil papir, masukan tembakau, linting, jilat sisi papir, kemudian hancur, dan ulang lagi. Begitu terus sampai kesal sendiri dan gak nafsu lagi merokok. Itulah bahaya rokok tingwe.
Tapi itu masih mending, seandainya Anda cukup berhasil melinting. Lantas Anda bakar rokok hasil lintingan tangan sendiri dengan penuh rasa bangga di dada. Dapat satu dua isapan, tingwe hancur. Lilitan papir tak cukup solid, ada kesalahan dalam proses, entah kurang padat, kurang skill, atau kurang amal. Pokoknya ada yang kurang. Tingwe yang rusak saat sudah menyala itu tingkat bahayanya satu level lebih tinggi. Boro-boro mengulang dari awal, ditawari bantuan oleh teman saja sudah gak mau. Mood hancur. Bahaya, bukan?
Tradisi tingwe memberi Anda banyak kesempatan bereksplorasi. Selain tentu saja harganya lebih murah. Tingwe memberi kebebasan untuk memilih jenis tembakau yang cocok dengan lokasi. Selain jenis tembakau, Anda bisa memilih untuk membakar tembakau saja atau dicampur dengan cengkeh. Anda juga bisa memilih untuk menambahkan tembakau dengan bunga kering atau daun lain (teh, mint, pisang) untuk memberi citarasa tambahan.
Selain itu, jenis kertas ataupun daun pembungkus juga memberi sensasi rasa berbeda dan dengan tingwe, Anda bisa menghemat hingga jutaan. Menurut hitungan, harga dua pouch untuk kebutuhan tingwe setara dengan harga tiga bungkus rokok, sehingga pengeluaran tingwe sebulan setara dengan delapan bungkus rokok. Anda bisa menghemat biaya ngebul sekitar 1 juta-an. (AS/fin)