GERBANGDESA.COM – Diet intermittent fasting (IF) merupakan salah satu metode diet yang paling populer dewasa ini. Intermittent fasting dilakukan dengan makan di jam-jam tertentu. Seseorang yang melakukan diet seperti ini mempunyai jadwal makannya sendiri dan puasa di antara jam makan tersebut.
Mengutip CNBC Indonesia, diet intermittent fasting memerlukan waktu puasa, yakni bisa 12 jam sehari, 16 jam sehari, 24 jam dalam seminggu, dan lainnya. Ketika waktunya makan, seseorang tidak perlu mengurangi porsi. Metode ini dipercaya dapat menurunkan berat badan secara efektif.
Namun studi terbaru yang dipresentasikan American Heart Association di EPI Lifestyle Scientific Session 2024 di Chicago, AS, menyatakan ada risiko jangka panjang berbahaya yang mengikutinya. Seperti apa?
Medical News Today menjabarkan bagaimana penelitian tersebut dilakukan. Sebanyak 20 ribu orang dewasa di AS diamati pola makannya selama tahun 2003-2018 lewat kuesioner yang mereka isi.
Peneliti menemukan mereka yang melakukan 16:8 intermittent fasting, yakni puasa 16 jam dan diperbolehkan makanan selama 8 jam, punya kemungkinan 91% lebih besar untuk meninggal akibat penyakit kardiovaskular dibandingkan mereka yang tidak melakukan metode puasa ini.
Sementara mereka yang sudah mempunyai penyakit kardiovaskular dan tetap melakukan IF metode rentang waktu 8-10 jam, berisiko 66% lebih besar untuk meninggal dari stroke dan penyakit jantung.
Mengutip Newsroom American Heart Association, Victor Wenze Zhong, Ph.D. selaku penulis senior dari penelitian sekaligus profesor dan ketua departemen epidemiologi dan biostatistik di Fakultas Kedokteran Universitas Shanghai Jiao Tong di Shanghai, mengatakan “Membatasi waktu makan sehari-hari dalam waktu singkat, seperti 8 jam per hari, telah mendapatkan popularitas dalam beberapa tahun terakhir sebagai cara untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan jantung”.
Ia pun melanjutkan bahwa selama ini, intermittent fasting hanya dikenal akan manfaat jangka pendeknya, “Meskipun jenis diet ini populer karena potensi manfaat jangka pendeknya, penelitian kami dengan jelas menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan rentang waktu makan pada umumnya yaitu 12-16 jam per hari, durasi makan yang lebih pendek tidak berhubungan dengan umur yang lebih panjang”.
Sebagaimana penelitian pada umumnya, terdapat keterbatasan pada penelitian yang masih harus diteliti lebih lanjut. “Meskipun penelitian ini mengidentifikasi hubungan antara jendela makan 8 jam dan kematian akibat penyakit kardiovaskular, ini tidak berarti bahwa makan dengan batasan waktu menyebabkan kematian akibat penyakit kardiovaskular,” Zhong menegaskan.
Keterbatasan pada penelitian IF ini termasuk bergantungnya observasi kepada data kuesioner yang dilaporkan sendiri sehingga dipengaruhi oleh ingatan yang mungkin akurat ataupun tidak akurat. Selain itu, faktor eksternal lain yang mungkin berperan dalam kesehatan di luar durasi makan harian dan penyebab kematian yang tidak dimasukkan dalam analisis.