Jumat, Januari 17, 2025

Penerus Perajin Bakul dan Lanjung di Kotim Dikhawatirkan Semakin Langka

Date:

Share post:

SAMPIT, gerbangdesa.com – Zaman digitalisasi dianggap secara pelan-pelan akan mengubah pola pikir generasi muda akan adanya kearifan lokal yang telah dilakoni turun temurun. Salah satunya, membuat bakul dan lanjung berbahan baku tali strap.

Di Kelurahan Tanah Mas, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah (Kaltemg), hanya ada seorang perajin bakul dan lanjung, usianya pun sudah 75 tahun.

“Saya khawatir setelah sepeninggalan saya nantinya, akan sulit untuk menemukan generasi penerus membuat bakul dan lanjung, ini tidak hanya di Tanah Mas bahkan Kotim pada umumnya,” ujar Nurhayati, perajin anyaman tali strap saat dibincangi wartawan media siber gerbang desa, baru-baru ini.

Nurhayati telah membuktikan kekhawatirannya, dari banyaknya garis keturunan dan keluarga, hanya ada seseorang yang mau menjadi pewaris keahlian membuat anyaman menggunakan tali strap. Itupun, kata dia, masih dalam proses belajar.

BACA JUGA:  Dampak Debu Jalanan, Pedagang di Desa Luwuk Ranggan Km 42 Tutup Total

‘Saya bersyukur karena masih punya keponakan yang mau meneruskan keahlian ini, karena kita lihat zaman sekarang anak-anak lebih cenderung main gadget dibanding belajar membuat anyaman seperti ini,” ujar Nurhayati yang mengaku pernah tinggal di Dusun Pemadauan Dalam, Desa Pamalian, Kecamatan Kota Besi ini.

Usia juga dianggap salah satu penentu dalam menghasilkan karya, sebelumnya Nurhayati mampu membuat bakul dan lanjung antara lima sampai tujuh buah per hari, kini hanya tiga buah itupun ketika ada pesanan dari konsumen.

 “Kalau bikin bakul itu per hari hanya mampu tiga buah, kalau lanjung cuma satu buah per hari, tidak seperti masih muda, saya mampu membuat bakul dan lanjung lumayan banyak,” katanya seraya mengusap keringat disela pipinya.

BACA JUGA:  Pengen Jadi Desa Wisata, Penuhi 7 Syarat Ini?

Untuk membuat pesanan itupun, lanjut Nurhayati, dia perlu pendamping. Alasannya, ketika membuat bakul itu paling sulit pada saat awal merangkai, setelah itu mudah karena sudah dirangkai sebelumnya.

 “Yang paling sulit itu bikin bawahan bakul, jika selisih satu saja hasil ujung tali tidak bertemu antara satu sama lainnya, jadi ini harus ada yang bantu supaya rapi hasilnya,” jelasnya.

Mengenai harga jual, bervariasi, tergantung motif, ukuran besar dan kecilnya pesanan. Harga bakul dijual Rp30 ribu sedangkan lanjung bisa mencapai Rp 80 ribu per buah. Jika dibeli secara borongan harganya lebih murah. (fin/fin)

Artikel Lainnya

Punya 7 Air Terjun, Desa Nagari Harau Diusulkan Masuk Jejaring ASEAN

HARAU, gerbangdesa.com - Memiliki potensi alam yang indah serta keunikan budaya membuat Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan...

Pembinaan Kemandirian WBP Lapas Sampit Lakukan Penyemaian dan Perawatan Tanaman

GERBANGDESA.COM SAMPIT – Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Sampit, Kanwil Kemenkumham Kalteng, melaksanakan kegiatan...

Siswa SMAN 3 Sampit dan WBP Rayakan Hari Galungan di Balai Basarah Lapas Sampit

GERBANGDESA.COM SAMPIT - Bertempat di Balai Basarah Lapas Kelas IIB Sampit, Kanwil Kemenkumham Kalteng, Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)...

Jelang Hari Raya Kurban, Puluhan Ekor Sapi Terjangkit PMK

JABAR,gerbangdesa.com - Dinas Keamanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Sukabumi menemukan puluhan ekor sapi terjangkit penyakit mulut...
error: Content is protected !!