GERBANGDESA.COM, SAMPIT – Desa Pamalian, Kecamatan Kota Besi, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah (Kalteng), tidak hanya terdapat Batu Bekajang yang mengalirkan air jernih ‘abadi’. Bahkan, terdapat sebuah makam keramat. Hanya saja, kebenaran akan makam tersebut masih belum jelas atau mengambang walaupun di makam itu ada penjelasan tertulis tentang riwayatnya.
Penjelasan tertulis di kertas HVS yang diketik menggunakan komputer itu secara rinci menjelaskan tentang kisah dan riwayat siapa nama dan perjalanan hidup Datu Syekh Ali Hanapi Bin Abu Thalib. Sekeliling kuburan diselimut dengan kain kuning. Panjang kuburan diperkirakan 4 meter.
Menurut riwayatnya Datu Syekh Ali Hanapi menceritakan mengapa bisa terdampar hingga wafat di Bukit Batu Bekajang Desa Pamalian, Kecamatan Kota Besi, Kotim, Kalteng?
Pada zaman sistem barter dahulu, Datu Syekh Ali Hanapi dari kampung segi 7 Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dalam perjalanan, beliau hanya menggunakan batang kayu timbul di sungai. Di atas kayu timbul itulah beliau hanyut di bawa arus air. Siang dan malam diombang-ambing gelombang laut dan hanyut dibawa air pasang sampai tibanya di muara sungai mentaya, Kotim.
Siang dan malam beliau di atas kayu tersebut, apabila air surut maka kayu itupun diikat bertambat. Jika air mulai pasang ikatan kayu dilepas lagi dan hanyut lagi hingga masuk ke sungai kecil yaitu, sungai Pamalian.
Setelah masuk ke dalam sungai kecil tersebut, beliau menemukan pinggiran bukit dan langsung menelusuri bukit tersebut. Beliau terus berjalan kaki menaiki bukit dan bertekad tinggal di bukit itu. Tujuan utama beliau tinggal di tempat tersebut untuk menyiarkan agama Islam hingga akhirnya wafat di Bukit Batu Bekajang.
Datu syekh Ali Hanapi adalah adik oleh syekh Imam Sapi’i yang makamnya berada di Mesir. Beliau berdua memiliki bin yang sama yaitu Bin Abu Thalib.
Beliau berdua pun mempunyai keponakan di Tumbang Samba, Kabupaten Katingan yaitu Syekh Abu Husin dan di Banjarmasin Kampung Segi 7 Cinta Puri yaitu Datu Bangkala dan Sungai Rangas yaitu Datu Abulung.
Datu Syekh Ali Hanapi juga mempunyai 2 orang murid/pengawal yang bernama Raden Sumandra dan Raden Zakaria. Makam pengawal tersebut juga berdekatan disamping makam beliau.
Terungkapnya informasi tersebut, karena pada hari Jumat, 26 Februari 2016 atau 17 Jumadil Awal 1438 Hijriah telah dimimpikan seorang ibu bernama Siti Aminah usia 44 tahun.
Setelah salat magrib, Siti Aminah itu di rasuk (dimimpi) oleh Datu Syekh Ali Hanapi. Dalam mimpi itu beliau beramanat ingin menunjukan letak makam beliau di Bukit Batu Bekajang Desa Pamalian.
Sebelum bermimpi bertemu Datu Syekh Ali Hanapi, Siti Aminah dan suaminya Syahrani/Asah mengadakan ziarah ke banjar menuju Pelampaian, Martapura.
Makam pertama yang diziarahi yaitu makam di Pelampaian Datu Sanggul, Datu Nuraya dan Datu Suban di Tatakan, Rantau.
Makam Datu Syekh Ali Hanapi Dianggap Keramat
Memang dari dahulu Bukit Batu Bekajang di Desa Pamalian itu dikenal sebagai bukit keramat. Akan tetapi, tidak semua orang mengetahuinya. Sekarang sudah terjawab?
Ternyata di bukit tersebut ada Makam Datu Syekh Ali Hanapi. Amanatnya agar merawat dan membersihkan tempat makam tersebut. Selain itu, beliau juga beramanat agar orang kampung (desa pamalian) membuat kubah di atas makam.
Itulah riwayat Datu Syekh Ali Hanapi Bin Abu Thalib, di mana beliau adalah sosok yang sangat berjasa karena adanya penyebaran agama Islam di Desa Pamalian, Kecamatan Kota Besi, Kotim, Kalteng.
Bahkan, Kalteng pernah diramalkan akan muncul ‘makam keramat’ yang paling besar, yaitu munculnya makam Datu Syekh Ali Hanapi Bin Abu Thalib. Benarkah? (*)
Penulis : Arifin