GERBANGDESA.COM, JAKARTA – Berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) harga minyak goreng (Migor) curah menjelang akhir tahun 2023 diprediksi akan ada kenaikan.
Data yang dikumpulkan oleh PIHPS selama 4 tahun terakhir menunjukkan pola yang konsisten. Setiap akhir tahun, harga minyak curah terus meningkat.
Beberapa faktor dapat menjelaskan fenomena ini. Salah satunya adalah liburan Tahun Baru dan Natal, yang cenderung meningkatkan permintaan minyak curah. Selain itu, terkadang terdapat kendala pasokan minyak curah yang terbatas, yang juga dapat memengaruhi kenaikan harga.
Seperti yang dapat dilihat pada grafik di atas, kenaikan harga minyak curah selama bulan Oktober hingga Desember pada tahun-tahun sebelumnya cukup signifikan.
Pada Oktober-Desember 2019, harga minyak curah mengalami kenaikan sebesar Rp500. Kemudian, pada periode yang sama pada tahun 2020, terjadi kenaikan sebesar Rp300.
Pada tahun 2021, kenaikan harga mencapai Rp2.250, dan tahun 2022 menyaksikan kenaikan sebesar Rp550.
Kenaikan harga minyak curah ini akan memiliki dampak yang luas pada masyarakat. Pertama, hal ini dapat mendorong inflasi, yang berarti harga barang dan jasa umumnya akan naik.
Selain itu, sektor bisnis di dunia makanan juga akan terkena dampaknya, karena minyak curah digunakan dalam proses produksi dan distribusi makanan.
Selain itu, adanya kemungkinan perilaku $ tying$ juga perlu diperhatikan. Ini mengacu pada praktik di mana pihak-pihak tertentu terikat oleh kontrak yang mengharuskan mereka membeli minyak curah dengan harga tertentu, bahkan ketika harga pasar lebih rendah. Hal ini dapat memengaruhi keseimbangan ekonomi secara keseluruhan. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Jelang Akhir Tahun 2023, Minyak Goreng Curah Naik!”,